CERITAKU MERANTAU
PENGALAMAN MERANTAU
Kalau saja saya tidak pergi merantau meninggalkan orang tua mungkin saat ini saya tidak akan pernah naik kereta api, naik pesawat, naik kapal laut.
Saya memikirkan untuk pergi merantau karena kakak-kakak saya juga merantau. Saya senang mendengar cerita mereka bagaimana hidup di perantauan.
Masa SMA
Setelah lulus SMP saya niatkan untuk lanjut sekolah ke Pematangsiantar. Walau jarak tempuhnya kurang lebih 1, 5 jam tetap saja harus tinggal di sana dan tidak bisa pulang pergi sekolah dari kampung halaman.
Minggu pertama masuk sekolah saya sudah menangis rindu pulang. Saya ingat hari itu sabtu sepulang sekolah, saya segera pulang ke kampung halaman menggunakan pakaian pramuka.
Selama merantau kehidupan saya berubah 360 derajat. Saya harus bangun pagi sekitar pukul 05.00 pagi dan segera membersihkan kosan, ibadah setiap pagi. Terutama siswa-siswi di sekolah saya pintar-pintar sehingga saya harus belajar setiap hari. Yang pada masa SMP saya hanya habiskan waktu membantu orangtua ke ladang.
Di perantauan Saya harus belanja sendiri kebutuhan sehari-hari, terutama ketika sakit saya tidak boleh cengeng. Yang paling berkesan ketika saya merantau pada masa SMA adalah saya bisa pulang pergi mandiri Tigarunggu-Pematangsuantar. Ini adalah sebuah kebanggaan buat diri saya sendiri 😁.
Masa Kuliah
Tidak berhenti sampai SMA, sayapun kembali merantau ke Medan yang jarak tempuhnya sekitar 5 jam.
Semakin jauh dan semakin besar kota yang kita kunjungin semakin rumit dan banyak hal yang harus dipahami. Disini saya beranikan diri pergi sendiri sendiri untuk test masuk perguruan tinggi dan pendaftaran ulang.
Pada masa kuliah semakin beragam suku orang yang kita temukan, dan banyak yang tidak peduli dengan kehidupan orang lain (istilahnya siapa lu siapa gue). Hal ini membuat saya harus mencari teman yang mau berteman dengan saya. Hehehe
Kehidupan merantau di Medan cukup jauh berbeda dibanding masa SMA. Kalau dulu saya tinggal dengan Ibu/Bapak Kos, disini saya tinggal sendiri. Kebayang kan bagaimana rasanya hidup sendiri. Kehidupan yang benar-benar bebas, mulai dari jam kuliah yang tidak teratur mengakibatkan makan tidak teratur dan jam pulang ke kosan tidak menentu. Ditambah kegiatan diluar kampus.
Dari pengalaman ini saya belajar tentang management waktu, saya harus bisa mengutamakan kuliah disamping kegiatan organisasi yang begitu banyak. Tetapi ini membuat saya senang karena saya bertemu orang-orang baru.
Tidak seperti masa SMA jika ingin ke suatu tempat bisa minta tolong ditemani kawan, berbeda pada saat kuliah karena kesibukan kita tidak sama dengan teman sehingga terkadang memaksa diri untuk mampu mandiri.
Masa Kerja
Lagi-lagi saya merantau. Saya semakin berani bahkan saya pergi solo traveling. Saya pergi ke Medan-Pakpakbarat, Medan-Dolok Sanggul, Medan-Samosir, Medan-Jakarta, Medan-Nias, Medan-Makasar.
Semua kisah di atas adalah atas resiko dari merantau. Pergilah dari kampung halamanmu dan kamu akan mengetahui bahwa dunia tidak sebatas pemikiranmu. Satu lagi sejauh manapun kita merantau kita bakal tetap merindukan pulang dan keluarga 😀.
Komentar
Posting Komentar