Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2023

Sepi, Bisu

Sejak diumumkan libur menyambut Hari Raya Idul Adha dari tempat kerjaku di kampus, berada di Belopa, Luwu Utara. Ya, saya sekarang seorang dosen sekaligus sebagai staf..  Singkat saja perkenalannya, lain kali saya ceritakan. Libur sejak tanggal 28 Juni hingga 30 Juni. Keadaanku berubah 360 derajat, di sini, di kos ku tinggal aku sendiri karena teman-teman yang lain pulkam. Saya tidak bosan, tapi karena tidak ada teman jadi saya merasa sepi terutama menjadi bisu karena hanya berdiam di sarang kosan.. Jujur, karena merantau ke sini waktuku lebih banyak membaca dan semua saya baca, mulai cerita remaja, cerita dewasa, mata pelajaran, filsafat..  Saya tidak menyesal, saya malah bersyukur karena cita-citaku bisa saya wujudkan yaitu membaca dengan biaya minim dan akses yang mudah.. Kesepian dan kebisuan ini tidak serta merta membuat saya stres, sebaliknya saya bersyukur karena Tuhan memberikan saya kesempatan yaitu waktu untuk dimanfaatkan membaca.. Bukan berarti saya antisosial, bah...

Solution People

Saya berada diantara masyarakat dengan kemampuan yang tidak bisa memberi solusi terhadap masalah, tidak dapat bercerita/ceramah panjang lebar. Padahal saya sangat mengagumi mereka yang dengan mengalir mudah saja mengungkapkan isi hati dan pikirannya. Iri dalam hati ini, ini adalah hal positif buat saya, tapi masalahnya saya belum bisa menemukan solusi nya.  Saya sangat ingin menantang diri saya agar mampu menyeimbangi mereka, tetapi sulit, bahkan merasa mustahil. Merasa saya bukan terlahir sebagai mereka, mereka memang memiliki bakat banyak bicara.. Selalu ada kendala dalam mengembangkan diri saya, selalu ada alasan misalnya saya memiliki teman di tempat tinggal yang membuat saya merasa jika saya belajar saya dianggap aneh/sok/dll.  Sampai kapan hidup seperti ini...

EMOSI

Berawal dari hal-hal kecil yang membuatmu tidak menyukainya dan diakhiri dengan kekesalan akhirnya berakhir emosi. Itu yang saya rasakan semenjak berada di sini, di Kota Belopa, Luwu Timur. Ketidaksesuaian ekspektasi dengan realitas ku terhadap orang/hal disekitarku membuatku frustasi. Semua kuluapkan dengan emosi di dalam pikiranku sampai sesak di dadaku. Ingin kuluapkan langsung di hadapannya atas semua hal yang tidak kusuai terhadapnya, tapi semua kata-kataku tersangkut di tenggorokan. Dia tidak mau berbagi tugas pekerjaan rumah, seperti mencuci piring, menyapu/mengepel rumah, mengangkat galon. Bisa dihitung jari berapakali dia membantu melakukan itu.  Aku emosi dengan hal itu tapi tidak bisa menyampaikannya karena ketakutanku dia jadi tidak menyukaiku. Pernah satu kali dia meninggalkan aku sendiri pulang dari kampus, kemudian dia mendiamkanku karena persoalan makanan yang sebenarnya tidak salahku. Sesak rasanya dada ini menahan semua emosi ini, kami beda kebudayaan jadi aku har...