EMOSI

Berawal dari hal-hal kecil yang membuatmu tidak menyukainya dan diakhiri dengan kekesalan akhirnya berakhir emosi.

Itu yang saya rasakan semenjak berada di sini, di Kota Belopa, Luwu Timur. Ketidaksesuaian ekspektasi dengan realitas ku terhadap orang/hal disekitarku membuatku frustasi.

Semua kuluapkan dengan emosi di dalam pikiranku sampai sesak di dadaku. Ingin kuluapkan langsung di hadapannya atas semua hal yang tidak kusuai terhadapnya, tapi semua kata-kataku tersangkut di tenggorokan.

Dia tidak mau berbagi tugas pekerjaan rumah, seperti mencuci piring, menyapu/mengepel rumah, mengangkat galon. Bisa dihitung jari berapakali dia membantu melakukan itu. 

Aku emosi dengan hal itu tapi tidak bisa menyampaikannya karena ketakutanku dia jadi tidak menyukaiku.

Pernah satu kali dia meninggalkan aku sendiri pulang dari kampus, kemudian dia mendiamkanku karena persoalan makanan yang sebenarnya tidak salahku.

Sesak rasanya dada ini menahan semua emosi ini, kami beda kebudayaan jadi aku harus hati-hati bersikap. Bahkan lebih baik diam, karena ini aku menjadi semakin menarik diri. 

Karen hal ini, emosiku menjadi duri dalam dagingku. Sedikit saja dia salah dimataku, semua kesalahannya muncul dipikirannku yang membuat aku semakin tidak menyukainnya. 

Namun katanya, jangan hanya karena masalah-masalah kecil, itu jadi masalah besar di kemudian hari. Lebih baik menuliskan semua nya di dalam jurnal.

Jadi aku meluapkan emosiku di sini, kemaren aku menangis karena hal itu, semakin kesini aku merasa bukan diriku sendiri. 

Semoga dengan menulis jurnal seperti ini meredakan emosiku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solution People

SK PROGRAM KERJA TIM PKBRS (PELAYANAN KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT)

CERITAKU MERANTAU